Cerita Rakyat Jawa Tengah- Jawa Tengah yang merupakan bagian dari Indonesia tentu memiliki kebudayaan atau kultur yang menjadi ciri khas masyarakatnya. Hal tersebut merupakan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Keanekaragaman dari setiap daerah menjadikan Indonesia semakin unik dan kaya akan sejarah dan budaya yang telah turun menurun dari nenek moyang. Sejarah-sejarah tersebut biasanya mengisahkan atau menceritakan peristiwa yang dialami pada masa lampau di suatu daerah yang biasanya disebut juga cerita rakyat.
Cerita rakyat merupakan cerita atau kisa yang berasal dari masyarakat sekitar dan berkembang pada masa lampau. Bahkan biasanya cerita-cerita tersebut dipercayai sampai sekarang oleh masyarakat sekitar.
Selain mengisahkan kejadian suatu tempat atau asal muasal terbentuknya suatu daerah, pada umumnya cerita rakyat juga menceritakan kisah tokoh-tokohnya dalam cerita dengan wujud binatang, dewa, pendekar atau manusia.
Apakah di daerah anda juga berkembang sebuah legenda atau cerita yang terjadi di masa lampau?. Pastinya banyak sekali cerita rakyat yang tersebar di setiap daerah, salah satunya di daerah Jawa Tengah. Nah, dibawah ini ada beberapa cerita rakyat Jawa Tengah yang bisa anda ketahui. Mari kita simak:
Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Tengah
Cerita Rakyat Jawa Tengah “Asal Usul Bukit Gunung Wurung”
Gunung Wurung merupakan salah satu bukit di Jawa Tengah yang memiliki bentuk yang khas atau unik. Bisa dikatakan bukit tersebut tidak tinggi karena tingginya hanya memiliki sekitar 80 meter. Selain itu, bukit tersebut juga tampak seperti tidak memiliki puncak.
Pada zaman dahulu, tidak ada bukit atau gunung didaerah tersebut dan seluruh daerah hanya terdiri dari daratan saja. Oleh sebab itu, para sesepuh di desa tersebut meminta dengan berdo’a kepada para dewa agar menciptakan sebuah gunung di daerah mereka.
Do’a tersebut dikabulkan para dewa, namun dewa meminta syarat atau permintaan, yakni besok malam ketika para dewa membuatkan gunung tidak boleh ada satu orangpun yang boleh keluar dari rumah dan berkeliaran di daerah tersebut. Kemudian, para sesepuh pun menyetujuinya dan meminta seluruh warga untuk tidak keluar rumah besok malam.
Hari esok pun tiba, dan warga desa tentu mematuhi perintah para sesepuh. Seluruh warga masuk ke dalam rumah dan tidak berkeliaran. Ketika matahari mulai terbenam, para dewa turun dari singgasananya atau kayangan dan menepati janjinya dengan memulai membuat sebuah gunung. Mereka bekerja dengan suasana yang hening tanpa adanya suara-suara berisik dari penguin desa.
Malam pun berlalu dan pagi mulai datang, para dewa juga hampir menyelesaikan pembuatan gunung tersebut. Pekerjaan yang tersisa tinggal sedikit lagi yakni hanya membentuk puncak gunungnya saja.
Tiba-tiba muncul seorang gadis ketika para dewa sedang sibuk untuk meyelesaikan pekerjaannya. Gadis tersebut tidak tahu bahwa seluruh penduduk desa tidak diperbolehkan untuk keluar rumah atau berkeliaran di luar sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan para dewa.
Dikarenakan gadis tersebut tidak berada di sana ketika para sesepuh desa memberikan pengumuman yang amat penting tersebut. Dengan ketidaktahuan gadis tersebut terus berjalan menuju arah sungai untuk mencuci beras miliknya.
Matahari belum menampakkan dirinya ketika gadis itu sampai di sungai. Namun, alangkah terkejutnya sang gadis ketika terdapat sebuah bukit dihadapannya. Padahal, sejak hari kemarin dan hari-hari sebelumnya tidak pernah ada bukit di sana.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi yakni, gadis itu juga melihat banyak makhluk dengan postur tubuh yang tinggi besar dan menyeramkan sedang bekerja mengangkat batu-batu besar dengan melayang-layang.
Gadis itu pun bereaksi spontan layaknya orang yang sedang ketakutan lalu berteriak “Tolong!!”. Mendengar suara teriakan gadis tersebut, para dewa amat terkejut dan salah satu dari mereka berkata “penduduk desa tidak menepati janji yang telah dibuat, lebih baik kita sudahi saja dan kembali ke khayangan!”.
Akhirnya para dewa meninggalkan pekerjaan yang hampir selesai tersebut dan pembuatan gunung pun batal. Semenjak kejadian atau peristiwa tersebut, masyarakat menamai atau menjulukinya dengan nama Gunung Wurung. Kata Wurung nengandung arti batal. Jadi, Gunung tersebut terkenal dengan sebutan Gunung Wurung.
Cerita Rakyat Jawa Tengah “Asal Usul Kawah Sikidang”
Dahulu kala, dikisahkan ada seorang putri yang cantik jelita dengan nama Shinto Sewi. Seperti para putri pada umumnya yang memiliki sebuah istana, ia juga tinggal di istana yang megah di Dataran Tinggi Dieng.
Pesona kecantikan dari sang putri sudah terkenal di berbagai penjuru daerah, para lelaki mana yang tak jatuh cinta jika melihat sang putri. Sayangnya, tidak ada satu pun laki-laki yang bisa melamar sang putri, dikarenakan ia mempunyai syarat yang sulit dipenuhi oleh semua laki-laki yakni mas kawin yang berjumlah sangat besar dan tak terkira.
Pada suatu waktu, ada seorang pangeran yang tertarik dengan Shinto Dewi lalu melamarnya. Dengan keyakinan penuh bahwa harta yang dimilikinya pastilah cukup untuk memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Shinto Dewi dan mengirimkan utusannya pergi ke Dataran Tinggi Dieng untuk melamar sang putri.
Alhasil, pinangan dari pangeran Kidang Garungan tersebut diterima oleh sang putri yang berpikir bahwa pangeran tersebut pastilah seseorang yang rupawan dan berwibawa. Pastinya hal tersebut membaut hati sang pangeran sangat senang. Kemudian dengan segera ia mempersiapkan pesta pernikahan.
Hari pernikahan pun tiba, pangeran Kidang Garungan beserta rombongannya datang ke istana Shinto Dewi. Ketika sang pangeran sudah sampai dan bertemu sang putri, betapa terkejutnya sang putri melihat rupa dari pangeran Kidang Garungan yang ternyata adalah manusia berkepala Kidang (Kijang) atau rusa.
Setelah melihat wujud dari sang pangeran, putri Shinto Dewi terus mencari akal untuk membatalkan pernikahannya tersebut. Lalu, ia menemukan sebuah cara dengan mengajukan persyaratan yang sulit jika ingin menikahinya yakni meminta sang pangeran untuk membuatkannya sebuah sumur dalam waktu semalam saja. Tanpa pertimbangan kembali sang pangeran pun menyetujui syarat tersebut.
Pangeran Kidang Garungan memulai menggali sumur yang lokasinya telah ditunjuk oleh sang putri. Ia menggali sumur hanya menggunakan tangan dan tanduknya dengan sangat cepat. Tak terasa, pagi mulai menjelang dan pekerjaan sang pangeran hampir selesai.
Sang putri pun menjadi sangat panik karena tak ingin menikah dengan sang pangeran. Kemudian, putri Shinto Dewi meminta semua pengawalnya untuk menimbun tanah sumur yang sedang digali oleh sang pangeran.
Pengawal tersebut terus menimbunnya hingga sang pangeran tidak bisa keluar dan sempat mengucapkan sumpah serapah kepada Shinto Dewi, “Nanti seluruh keturunanmu akan memiliki rambut yang gembel atau gimbal). Tak selang berapa lama pangeran Kidang Garungan tewas dalam timbunan tanah.
Akhirnya, sumur tersebut lama kelamaan berubah menjadi sebuah kawah yang kemudian dinamakan dengan Sikidang. Hingga sekarang banyak orang yang memiliki rambut gimbal seperti sumpah yang pernah diucapkan pangeran Kidang Garungan di dataran tinggi Dieng.
Penutup
Bagaimana? Apakah anda sudah pernah mendengar cerita rakyat Jawa Tengah di Atas? Apakah anda mempercayainya atau Tidak?. Ya terlepas dari peracaya atau tidak, tiap-tiap kisah atau cerita di atas tentunya mengandung hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil.
Selamat membaca dan jangan lupa untuk membagikannya kepada teman anda. Sampai bertemu di pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Originally posted 2020-05-26 20:23:55.