Cerita pendek motivasi- Kehidupan yang kita jalani tentu tidak lepas dari naik turun. Adakalanya kita begitu bersemangat dan semua yang kita usahakan berjalan lancar.
Namun tidak jarang juga kita menemui kesulitan. Cerita-cerita motivasi bisa menjadi salah satu inspirasi dan sumber kekuatan untuk melewati masa-masa sulit. Di bawah ini ada dua cerita motivasi pendek yang bisa kalian baca untuk menyuntikkan semangat.
Cerita Pendek Motivasi
BATU DAN TETESAN AIR HUJAN
Ada seorang anak laki-laki yang memutuskan untuk belajar jauh dari rumah. Dia tinggal di asrama sekolah bersama teman-temannya. Sehari-hari, anak tersebut belajar dengan sangat giat. Saat di kelas dia juga menyimak penjelasan yang diberikan gurunya dengan seksama. Meski begitu, setiap hasil ujian diumumkan, anak laki-laki tersebut belum pernah mendapat nilai bagus.
Bahkan dia sangat sering tinggal kelas. Tahun-tahun awal menimba ilmu, semangat ank laki-laki tersebut masih membara. Dia sama sekali tidak ingin menyerah walaupun berkali-kali mengalami kegagalan. Dia selalu yakin bahwa suatu saat nanti dia akan berhasil.
Lambat laun, semangat anak laki-laki tersebut semakin menurun. “Belajar atau tidak, toh hasilnya sama saja. Lebih baik aku tidak usah belajar dan bermalas-malasan saja”, begitu pikirnya Ketika hampir memasuki kelas akhir, anak laki-laki tersebut kembali harus tinggal kelas. Sudah dua kali dia gagal memasuki kelas akhir. Kali ini dia memutuskan untuk menyerah. Dia tidak mau mencoba lagi dan berniat pulang ke rumah. Dia sudah tidak ingin bersekolah.
Di tengah perjalanan pulang, hujan turun begitu lebat. Anak laki-laki tersebut berteduh di sebuah gua. Ada tempat cukup nyaman untuk berlindung dari hujan. Sambil menunggu hujan reda, anak laki-laki tersebut mengamati keadaan di dalam gua. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah bongkahan batu besar.
Dia tertegun cukup lama. Dia heran bagaimana bisa batu sebesar itu berlubang hanya karena tetesan air hujan. Rasanya seperti tidak mungkin, batu yang keras dihancurkan oleh hal sekecil tetesan air hujan.
Anak laki-laki tersebut mulai berpikir, berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai batu itu berlubang, mungkin setahun, dua tahun, atau entah berapa tahun. Jika batu itu terus menerus ditetesi air hujan, maka batu itu tidak hanya berlubang, tapi bisa juga hancur.
Meski waktu yang diperlukan sangat lama, tapi hal yang seolah mustahil tetap mungkin terjadi.”Jika tetesan air hujan bisa menaklukkan batu sebesar itu, maka belajar pasti juga akan bisa menghilangkan kebodohanku sedikit demi sedikit. Walaupun prosesnya sangat lama, tapi pasti suatu saat aku akan bisa”, batin anak laki-laki tersebut.
Setelah peristiwa batu dan tetesan air hujan, anak laki-laki tersebut kembali ke asrama dan belajar giat seperti ketika masa-masa awal bersekolah. Waktu lama yang dihabiskan oleh anak laki-laki tersebut untuk belajar tidak pernah sia-sia. Selepas lulus sekolah, ia berhasil menjadi penulis terkenal dengan banyak karya. Andai ia tetap pada keputusan untuk berhenti belajar, namanya tidak akan pernah dikenal banyak orang dan kebodohannya tetap akan menyulitkan.
PAGAR KAYU DAN PAKU
Seorang laki-laki berusia sekitar 25 tahun hidup bersama ayahnya di sebuah desa kecil. Kedua orang tersebut bekerja setiap hari agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sang ayah bekerja sebagai tukang kayu sedang sang anak bekerja di sebuah pabrik sepatu.
Berkebalikan dengan sang ayah, anak laki-laki tersebut sangat kasar dan pemarah. Setiap hari dia selalu bermasalah dengan teman-teman kerjanya sebab pengendalian emosi yang sangat buruk. Dia bisa marah besar hanya karena seseorang tidak sengaja menyenggolnya saat jam makan siang. Segala jenis umpatan dan sumpah serapah keluar dari mulut laki-laki tersebut. Tidak hanya ucapan kasar, laki-laki tersebut pernah memukul teman kerjanya hanya karena dimintai tolong untuk membersihkan lantai yang kotor. Sebab perangai yang buruk, laki-laki tersebut tidak memiliki teman seorang pun.
Ayah si anak laki-laki begitu terusik dengan sifat buruk sang anak. Suatu hari mereka berdua berjalan santai di taman dekat rumah mereka. “Nak, lihatlah pagar taman ini, dulu ayah yang membuat, terlihat bagus, bukan”. “Iya Yah, pagarnya terlihat kuat dan bagus”, jawab si anak laki-laki. “Meski terlihat bagus dan kuat, pagar ini dapat terlihat jelek jika kayu-kayunya berlubang”, sang ayah berkata dengan lembut.
“Anakku, apa kamu ingin terus hidup dengan sifat burukmu itu? mulai besok, coba kamu tancapkan satu paku setiap kali kamu marah dan menyakiti orang lain”. Laki-laki tersebut bingung dengan perkataan ayahnya, namun begitu keesokan harinya ia benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh sang ayah.
Pada hari pertama, ada 37 paku tertancap di pagar taman. Berarti ada 37 perbuatan buruk di hari pertama. Anak laki-laki tersebut mulai menyadari betapa buruk sikapnya selama ini. Semakin hari, jumlah paku yang tertacap di pagar semakin berkurang hingga tiba hari ketika tidak satupun paku ditancapkan.
Ayah laki-laki tersebut kembali mengajak anaknya ke taman. Laki-laki tersebut diminta untuk mencabut semua paku yang tertancap di pagar taman. “Apa yang kamu rasakan sekarang, Nak?” “Aku merasa lebih baik Ayah, aku menjadi lebih lega dan hidupku terasa lebih ringan”, laki-laki tersebut menjawab bersemangat. “Bagus, tapi coba perhatikan, pagar itu kini menjadi terlihat jelek karena kayu-kayunya berlubang. Pagar itu sudah tidak sama, tidak seperti sebelum berlubang”.
Si anak laki-laki setuju dengan ucapan ayahnya. “Nah, hati manusia juga begitu, Nak. Sekali kamu melukainya, maka hati tersebut akan berlubang, hati tersebut sudah berbeda dengan sebelum kamu menyakitinya, jadi jangan pernah lagi menancapkan luka di hati teman-temanmu, ya”. Setelah peristiwa tersebut, si anak laki-laki selalu berusaha untuk mengontrol emosinya dengan lebih baik.
Originally posted 2020-05-12 00:12:41.